Padaabad ke-7 Dewi Kwan Im mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. "Tiap vihara mempunyai tuan rumah. Vihara ini tuan rumahnya Dewi Kwan Im. Kalau di altar kuning, yang emas itu kita sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah itu kita ke tuan rumah, dewa atau dewi,â jelas Darmawan.
Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo đ 1 View 2017-09-22 014619 Dari Fenny, JakartaNamo Buddhaya,Mohon bantuan Bhante untuk memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan dibawah ini 1. Di rumah saya ada Altar Dewi Kwan Im yang digunakan oleh Mama untuk melakukanritual puja bakti sesuai dengan keyakinan beliau. Bolehkah saya membuat altar lainkhusus untuk saya melakukan meditasi dan puja bakti sesuai agama Buddha ?2. Rumah kami terdiri dari 3 lantai. Sesuai petunjuk orang yang mengerti, Altar DewiKwan Im tersebut harus ditempatkan di lantai paling atas. Jadi, apakah boleh bila AltarBuddha ditempatkan di lantai 2 atau harus di lantai tertinggi juga ? Apakah harusmenghadap ke arah tertentu, misalnya pintu utama ?Terima kasih banyak atas jawaban dan penjelasan Adalah merupakan hal baik ketika seorang umat Buddha berkeinginan menempatkanaltar Sang Buddha di pembacaan paritta maupun meditasi boleh saja dilakukan di depan altardewi Kwan Im atau dalam Agama Buddha lebih dikenal sebagai AvalokitesvaraBodhisatta. Namun, kalau memang ingin membuat altar sendiri, kiranya niat baik iniperlu dibicarakan terlebih dahulu dengan orangtua. Apabila orangtua telah sepakat dansetuju adanya penambahan altar di rumah, barulah altar Sang Buddha tersebut disiapkantermasuk fasilitas untuk membaca paritta maupun Dalam tradisi Buddhis, penempatan altar Sang Buddha dapat disesuaikan dengankebutuhan dan kondisi ruangan. Oleh karena itu, jika masih ada ruang di lantai tiga dantelah mendapatkan ijin dari orangtua, maka altar Sang Buddha dapat saja ditempatkan disana. Namun, apabila dirasa lantai dua lebih sesuai untuk altar Sang Buddha, silahkansaja altar tersebut ditempatkan di lantai dua. Akan tetapi, apabila dirasa lantai satu lebihsesuai, maka boleh juga altar Sang Buddha ditempatkan di sana. Tidak saja, idealnya menurut tradisi, lantai di atas altar Sang Buddha sebaiknya tidakdipergunakan sebagai fasilitas umum sehingga orang dengan bebas dapat berlalu lantai di atas Sang Buddha adalah kamar kosong atau lemari besar atausejenisnya. Hal ini hanya berhubungan dengan faktor penghormatan, bukan karena alasanmistis untuk arah altar boleh saja dihadapkan ke pintu utama maupun arah lainsesuai dengan kondisi tempat dan ruang. Secara tradisi, altar Sang Buddha ditempatkandengan menghadap ke Timur atau Barat sesuai dengan ruangan yang jawaban ini bermanfaat untuk dipergunakan menempatkan altar Sang Buddha selalu metta,B. Uttamo
Di sini ada 29 altar dan bisa dikatakan paling besar, bukan karena bangunan namun karena banyaknya altar. Paling besar adalah altar Dewi Kwan Im atau dewi welas asih,â paparnya. Dilanjutkannya, pembatasan 50 persen kapasitas ruangan yang diterapkan untuk umat
Wihara adalah rumah ibadah adama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Wihara dan Patung Dewi kwan Im tidak bisa dipisahkan, banyak sekali warga agama Buddha yang melakukan ibadah disini. Namun diluar agama Buddha pun banyak yang datang hanya untuk berwisata menikmati keindahannyaDok Reportase Trans TVLiputan dilakukan sebelum masa pandemi Covid-19 Reportase TransTV - 20DETIK
JualDewi Kwan Im di Semarang Dewi Kwan Im identik dengan perwujudan dari Buddha Avalokitesvara. 0 Terjual 65 · Poster Altar/ Gambar Dewa Dewi/ Combat Bats 2019 Sangat cocok untuk Anda letakkan di Rumah untuk mendatangkan Jual dewi kwan im Terbaru | Lazada Kalung liontin batu giok burma asli IMPOR Dewi Kwan Im Dibangun Selama 3 Tahun
BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Tahapan tersebut diawali dengan menggunakan sebuah pendekatan sampai pada teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Pendekatan sering disamakan dengan metode, tetapi jika ditelusuri lebih lanjut maka pendekatan akan lebih dekat dengan pembicaraan suatu ilmu,sedangkan metode mengarah pada teknik pengumpulan dan penganalisisan data. Dalam metode penelitian pada dasarnya peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang disusun secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data sehingga diharapkan maupun menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan dalam meneliti artefak, kegiatan dan gagasan altar sembahyang Dewi Kwan Im pada rumah masyarakat Tionghoa Buddha di Medan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sukmadinata 200672 menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Universitas Sumatera Utara Dengan teknik observasi, penulis melakukan pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung dan merekam hal-hal yang dapat diamati. Arief Furchan 1999 22 menjelaskan metode kualitatif ialah âproses penelitian yang menghasilkan data deskriftif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, menurut pendapat kami pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subyek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhanâ.Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif,berusaha mendapatkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati. Lokasi Peneltian Pada lokasi penelitian, penulis hanya memilih beberapa rumah masyarakat Tionghoa yang memilki altar sembahyang Dewi Kwan Im antara lain 1. Kompleks Cemara Hijau Blok G Medan, 2. Jln. Terong Medan, 3. Gg. Sidomulyo No,11a, Medan, 4. Jln. Gatot Subroto Medan, 5. Jln. Demak e/g, Medan, 6. Jln. Belitung Medan, 7. Jln. Pukat VII Medan. Universitas Sumatera Utara Alasan pemilihan lokasi penelitian ialah karena beberapa rumah masyarakat Tionghoa diatas memiliki perbedaan altar sembahyang yang satu dengan yang lainnya, dan setiap altar sembahyang tersebut mempunyai keunikannya tersendiri. Data dan Sumber Data Data adalah keterangan berdasarkan fakta yang ada disimpan atau dicari untuk mendapatkan kebenaran. Apabila dilihat dari KBBI 1990187 data adalah keterangan yang benar dan nyata, yang dapat dijadikan dasar kajian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, berupa kataâkata dan tindakan, serta data tambahan seperti dokumentasi dan lainâlain. Datapenelitian kualitatif dapat berupa data bersumber manusia data primer dan data di luar manusia data sekunder.Sumber data primer diperoleh melalui hasil penelitian lapangan di rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki altar sembahyang Dewi Kwan Im, sedangkan data sekunder diperoleh melalui bukubuku, jurnal, artikel-artikel yang berhubungan dengan altar sembahyang Dewi Kwan Im, yang kemudian akan dipilah-pilah untuk dijadikan bahan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh dan mengumpulkan data. Ada dua teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan library research dan studi lapangan field research. Universitas Sumatera Utara Studi Kepustakaan Library Research Nazir1988 111 mengatakan bahwa Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Penulis akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian tesis dan disertasi, dan sumber-sumber lainnya yang sesuai internet, Koran, dan lain-lain. Setelah semua terkumpul terlebih dahulu penulis membaca lalu mengklasifiasikan untuk dijadikan bahan penelitian. Observasi Soehartono199569 mengatakan bahwa teknik observasi disebut juga teknik pengamatan yaitu setiap kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dengan menggunakan indera penglihatan atau dengan arti lain yaitu melihat tanpa melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan observasi/pengamatan di rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki altar sembahyang Dewi Kwan Im. Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah metode observasi partisipatif observasi atau pengamatan terlibat dengan maksud melakukan penelitian terjun langsung ke lokasi dengan tujuan mendapatkan sumber data sebanyak ini digunakan oleh penulis sebelum Universitas Sumatera Utara melakukan metode interview. Teknik yang digunakan dalam metode observasi ini adalah penulis melakukan observasi langsung pada rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki altarsembahyang Dewi Kwan Im. Wawancara Burhan Bungin 2001155 mengatakan bahwa wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai interview. Koenjaraningrat 1981136 mengatakan bahwa, â...kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara.â Dalam melakukan proses wawancara, peneliti sebelumnya telah mempersiapkan pertanyaan dan alat perekam, menentukan informan yang dianggap penulis dapat membantu penulis untuk melengkapi data. Dalam melakukan wawancara, penulis akan menulis dan merekam data yang didapat dari informan. Teknik Analisis Data Dalam penelitian penulis menggunakan pengolahan data kualitatif. Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data semacam ini diperoleh melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau penilaian kualitatif. Keberadaan data bermuatan kualitatif adalah catatan Universitas Sumatera Utara lapangan yang berupa catatan atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf yang diperoleh dari wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, observasi partisipatoris, atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan. Data kualitatif terdiri atas kata-kata, kalimat dan deskripsi dan bukannya angka-angka. Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini yaitu 1. Mengumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan dan lapangan yang dikumpulkan menjadi satu oleh penulis, 2. Melakukan observasi lapangan ketempat penelitian, 3. Penulis akan melakukan wawancara kepada masyarakat Tionghoa yang memilki altar sembahyang Dewi Kwan Im, 4. Berdasarkan data-data yang diambil, lalu penulis menganalisis data dengan menggunakan teori semiotik dan teori tiga wujud budaya yang harus berifat logis, deskriptif dan menjelaskan. 5. Merangkum data yang telah didapat agar selanjutnya data telah didapat agar selanjutnya data tersebut dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pembuatan skripsi. Universitas Sumatera Utara BAB IV GAMBARAN UMUM SISTEM RELEGI MASYARAKATTIONGHOA MEDAN Macam-macam Sistem Religi Masayarakat Tionghoa Kebudayaan Tionghoa merupakan hasil dari pola pikir masyarakat etnis Tionghoa yang membentuk satu kesatuan kepentingan sehingga dapat mencitrakan masyarakat Tionghoa sebagai pelaku utama kebudayaan Tionghoa. Hal yang mendasar dari tradisi dan budaya Tionghoa adalah penghormatan terhadap leluhur dan ajaran-ajarannya. Aspek religi/kepercayaan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Tionghoa. Agama-agama masyarakat Tionghoa berorientasi pada sistem kekeluargaan tanpa menuntut ketaatan secara eksklusif seperti yang terdapat pada agama-agama samawi agama-agama langit. Agama yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Tionghoa disebut Tridharma. Tridharma terdiri atas tiga aliran kepercayaan, yakni Konfusianisme Khonghucu, Taoisme, dan Buddhisme. Agama Konfusius, atau Khonghucu atau Konfusianisme,adalah agama yang tertua di Cina. Istilah agama Kong Fu Zi atau Konfusianisme diberikan oleh Matteo Riccai, seorang misionaris Yesuit yang datang ke Cina pada abad ke-17. Sebutan resmi bagi agama Kong Fu Zi ini adalah agama Ru Ru Jiao. Kong Fu Zi diambil dari ejaan Pin Yinyang merupakan ejaan baku bahasa Universitas Sumatera Utara Mandarin. Istilah Kong Hu Cu Kong Fu Zi, agama Khonghucu agama Ru Kong Fu Zi yang dikenal di Indonesia adalah diambil dari dialek Hokkian Fujian. Agama Khonghucu adalah agama yang dahulunya mengambil nama nabi Khongcu Kongzi/ Kong Fu Zi yang lahir pada tanggal 27 Pig Gwee ada yang menghitung bertepatan dengan tanggal 3 Oktober, ada yang menetapkan tanggal 28 September 551 SM dikota Tsou, negeri Lu Propinsi Shantung, salah satu propinsi di negara Republik Rakyat Cina RRC sekarang. Istilah dan pengertian iman dalam agama Khonghucu ialah Sing. Kata Sing ini menurut asalnya terdiri dari rangkaian antara kata Gan dan Sing. Gan berarti bicara, sabda, kalam dan Sing berarti sempurna. Karena itu pengertian Sing mengandung makna sempurna kata, batin dan perbuatan. Di dalam kehidupan beragama, umat Khonghucu wajib memiliki Sing atau iman terhadap kebenaran ajaran agama yang dipeluknya. Agama Khonghucu memberikan pengertian, bahwa kesusilaan merupakan pokok daripada perilaku manusia. Selaras dengan itu, maka tujuan terakhir daripada agama khonghucu ialah membentuk manusia susilawan Kuncu/Chun Tzu. Maka ada empat pantangan Si Wu yang harus dijaga dalam menjalankan hidup susila yakni âYang tidak susila jangan dilihat, yang tidak susila jangan didengar, Yang tidak susila jangan dibicarakan, dan Yang tidak susila jangan dilakukanâLun GiXII I. Adapun ajaran etika dalam agama Khonghucu yang diterapkan kehidupan sehari-hari yaitu ajaran mengenai delapankebajikan Pat Tik yang terdiri dari Universitas Sumatera Utara 1. Laku bakti/Berbakti Siau/Hau Siau/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus kepada orang tua, guru dan leluhur. Yang dimaksud dengan laku bakti ialah kewajiban-kewajiban yang dilimpahkan terhadap orang tua dan para leluhur sesuai dengan kesusilaan, yaitu memberikan pemeliharaan yang disertai sikap hormat. Ada tiga kewajiban utama dalam menjalankan laku bakti, yakni a. Dikala orang tua masih hidup, memberikan pemeliharaan sesuai dengan kesusilaan. b. Saat orang tua meninggal, melakukan pemakaman sesuai dengan kesusilaan. c. Setelah orang tua meninggal, melakukan peribadahan sesuai dengan kesusilaan. 2. Rendah hati Thi/Tee Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua di antara saudara. Maksudnya dalam kehidupan rumah tangga seorang adik harus dapat menghormati kakaknya. Demikian juga dalam pergaulan sehari-hari, yang muda menghormati yang lebih tua. 3. Satya Cung/Tiong Cung/Tiong adalah semangat menepati tugas, kewajiban, kedudukan dan fungsi, serta setia sebagai manusia, mencintai tanah air, setia kepada pekerjaan dan sebagainya. Lee/Li Lee/Li dapat diartikan sebagai sopan santun, tatak rama, dan budi pekerti. Li juga diartikan sebagai ritus atau upacara. Ketaatan dan ketertiban Universitas Sumatera Utara mematuhi tata susila, adat sopan santun, kewajiban ibadah dan segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan manusia sehingga menciptakan suasana yang tertib, rapi, indah dan khusyu. Li merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan sebagai pedoman lahiriah dalam kehidupan manusia untuk mencapai keharmonisan baik keluarga, masyarakat, negara maupun dunia. 5. Menjunjung kebenaran I/Gi I/Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenangngan, dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup. 6. Suci hati Lien/Liam Lien/Liam dapat diartikan membersihkan diri dari naluri-naluri negatif seperti iri, dengki, hanya mementingkan diri sendiri, dan berbagai cacat-cacat rendah budi lainnya. dipercaya Sin Sindapat diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau dapat menepati janji, orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan dibenci orang lain. Untuk dapat disenangi orang lain, orangharus memiliki Sin. 8. Tahu malu Che/Thi Che/Thidiartikan dapat menahan diri untuk tidak melakukanhal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak dimaksud dengan tahu malu ialah tahu memilah diantara perbuatan-perbuatan yang sepantasnya dilakukan maupun yang tidak sepantasnya dilakukan sesuai dengan Universitas Sumatera Utara tahu malu maka manusia berani mengakui kesalahannya, berani melakukan intropeksi diri dan memperbaiki diri secara sadar. Kedelapan sifat Pat tik banyak diajarkan kepada anak-anak Khonghucu oleh orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman sifat itu tampak khas sekali dalam keluarga yang menganut ajaran Khonghucu secara tradisional. Bila ajaran itu diberikan kepada seorang anak akan akan menumbuhkan kepatuhan kepada orang tua dan orang lain. Taoisme Taoisme berkaitan dengan keadaan kerajaan Chou abad ke 6 SM yang mengalami masa kehancuran, akibat penyelewengan dalam pemerintahan. Kehidupan manusia semakin menderita, membuat orang-orang terpelajar kecewa. Kemudian dari sebagian mereka hidup menyendiri dan hidup sebagai biarawan, lalu mendirikan suatu aliran filsafat yang dikenal dengan nama Taoisme atau Tao Te Chia. Tokoh pertama atau Peletak dasar ajaran Taoisme adalah Yang Chu, kemudian dipopulerkan oleh Lao Tzu. Menurut tradisi kepustakaan Cina, Lao Tzu disebutkan sebagai pendiri Taoisme. Kemudian yang meneruskan ajaran Taoisme adalah Chuang Tzu murid pertama dari Lao Tse. Menurut kepustakaan Cina mengenai nama Taoisme sebagai filsafat dan Taoisme sebagai agama, masing-masing memiliki ajaran yang berbeda. Taoisme sebagai filsafat atau Tao Chiamengajarkan agar manusia hidup mengikuti hukum alam, sedangkan Taoisme sebagai agama atau Tao Mao mengajarkan agar manusia tidak menentang hukum alam. Kemudian dalam Universitas Sumatera Utara perkembangan keduanya tidak berbenturan, karena praktek dan pemaknaan agama dan filsafat di China tidak memiliki garis atau sekat yang jelas dalam kehidupan sehari-hari.Soejono Soemargono, 1990. Filsafat Taoisme dapat dikatakan empiris dan juga praktis. Empiris, karena konsepsi kefilsafatannya merujuk pada fenomena alam yang mudah ditangkap dan diamati oleh manusia,misalnya bagaimana sifat air dan matahari yang dapat memberi makna simbolik bagi kehidupan manusia di alam semesta. Praktis, karena isi pemikiran Taoisme berisikan tentang cara hidup yang seharusnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti kasih sayang sesama, keadilan, dan mengajarkan bahwa untuk mencapai kebahagian manusia harus hidup dengan Wu Wei artinya tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan alam. Sesuai dengan ajaran itu maka manusia yang paling berbahagia menurut ajaran Taoisme adalah mereka yang hidup dengan alam seperti para petani, nelayan, dan para biarawan. Tamburaka, 1999248. Agama Budha lahir dan berkembang pada abad ke 6 SM agama itu beroleh nama dari panggilan yang diberikan kepada pembangunnya yang mulamula Siddhartha Gautama 563-487 SM yang dipanggil dengan Budha. Secara etimologi perkataan "Budha" berasal dari kata "bhud" yang artinya "bangun" orang Budha ialah orang "yang bangun" artinya orang yang telah bangun dari malam kesesatan dan sekarang ada di tengah cahaya yang benar. Ajaran agama Budha tidak bertitik tolak dari ajaranketuhanan melainkan berdasarkan kenyataan-kenyataan hidup yang dialami manusia, Universitas Sumatera Utara yang mana kehidupan manusia itu tidak terlepas dari dukha. Ketika hidupnya Sang Budha ia selalu menolak mempersoalkan tentang Tuhan. Namun kepada para pengikutnya ia selalu menganjurkan agar mengamalkan sila-sila keTuhanan. Inti dari ajaran Siddharta Buddha Tri Ratna atau Tiga Mustika,Tri Ratna adalah sebagai berikut a. Buddha Buddha berarti seorang yang telah mencapai penerangan atau pencerahan sempurna dan sadar akan kebenaran kosmos serta alam semesta. Ajaran tentang Budha menekankan pada bagaimana umat Budha memandang sang Budha Gautama sebagai pendidikan agama Budha dan asas rohani yang dapat dicapai oleh setiap makhluk hidup. b. Dharma Ajaran tentang dharma banyak membicarakan tentang masalahmasalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya baik yang berkaitan dengan ciri manusia sendiri maupun hubungannya dengan apa yang disebut Tuhan dan alam semesta dengan segala isinya. Dharma mengandung 4 empat makna utama 1. Doktrin 2. Hak, keadilan, kebenaran 3. Kondisi 4. Barang yang kelihatan atau phenomena. Universitas Sumatera Utara Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya. Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma. c. Sangha Ajaran tentang Sangha selain mengajarkan bagaimana umat Budha memandang Sangha sebagai pesamuan para Bhikku, juga berkaitan dengan umat Budha yang menjadi tempat para Bhikkhu menjalankan dharmanya. Altar Sembahyang Altar dibutuhkan untuk sarana tempat ibadah/sembahyang pribadi, keluarga, maupun untuk tempat belajar Dharma. Jika kondisi memungkinkan, lebih baik di rumah menyediakan sebuah altar dan mengundang satu rupang Guang Shi Yin Pu Sa. Persyaratan Dasar Penempatan Altar Buddha Menurut ajaran agama Buddha persyaratan dasar dalam penempatan altarBuddha adalah sebagai berikut. 1 Tidak boleh dekat dengan toilet pintu toilet yang ada di rumah harus selalu ditutup. 2 Tidak boleh berhadapan dengan dapur. Universitas Sumatera Utara 3 Tidak boleh diletakkan di atas televisi, di atas kulkas dan lain-lain, tidak boleh diposisikan bertepatan di bawah AC. Jika berdekatan dengan TV atau lingkungan yang agak berisik, bisa membuat satu lemari berpintu, pada saat tidak membakar dupa, pintu lemari ditutup, dan jika pada waktu sembahyang tidak boleh menyalakan TV, tidak boleh menggunakan bahan kaca untuk menutupi rupang patung Buddha. 4 Tidak boleh ditempatkan di kamar tidur suami istri kecuali suami istri yang telah berusia lanjut. 5 Kamar tidur sendirian diperbolehkan, tetapi ujung/kaki ranjang tidak boleh menghadap ke altar Guan Shi Yin Pu Sa. 6 Tidak boleh ditempatkan di balkon yang menonjol keluar yang tidak ada dasar pondasi; kecuali balkon yang ada di ruangan dalam diperbolehkan. 7 Di bawah altar Guan Shi Yin Pu Sa tidak boleh menaruh benda-benda atau buku-buku lainnya. Umunya, boleh menyimpan buku parrita dan peralatan untuk sembahyang. 8 Altar Guan Shi Yin Pu Sa jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sebaiknya posisi rupang/gambar Buddha ditempatkan sedikit lebih tinggi dari posisi orang yang berdiri di depan altar dan orang tersebut hanya perlu menengadahkan sedikit kepalanya ke atas untuk melihat rupang/gambar. Jika posisi rupang/gambar terlalu rendah, bisa menggunakan sebuah dudukan/tatakan yang dirancang untuk meninggikan posisi/gambar Guan Shi Yin Pu Sa. Universitas Sumatera Utara 9 Harus ada lampu minyak harus sering menambahkan minyak, akan bermanfaat bagi mata, ada air jumlah gelas air yang diperlukan disesuaikan dengan jumlah rupang yang ada; air dalam gelas harus diganti setiap hari, gelas yang digunakan untuk persembahan tidak boleh bersentuhan langsung dengan mulut kita. 10 Harus ada wadah untuk dupa, setiap pagi dan malam sembahyang menggunakan dupa, sebaiknya mempunyai jadwal tetap untuk sembahyang, umumnya pagi atau malam hari jam 6, jam 8, jam 10, bisa tepat waktu lebih baik. 11 Sesuaikan dengan kondisi pribadi dalam mempersembahkan buahbuahan segar apa yang telah dimohon bisa lebih cepat terkabulkan, bunga segar persembahan bunga segar bisa membuat orang memiliki paras yang cantik. 12 Bunga segar dan buah-buahan segar yang disembahyangkan jangan lebih dari seminggu, harus diganti dengan yang baru, dan buah maupun bunga harus tetap segar, jika tidak segar, harus segera diganti, jika tidak ada yang segar sebagai pengganti, tidak boleh meletakkan buah yang telah rusak atau bunga yang telah layu di altar Buddha. 13 Posisi altar Buddha sebaiknya ditempatkan menghadap ke utara belahan bumi bagian selatan, menghadap ke selatan belahan bumi bagian utara, jika kondisis tidak memungkinkan, untuk posisi lainnya juga boleh. Universitas Sumatera Utara Mengundang Kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa Mengundang satu gambar atau rupang Guan Shi Yin Pu Sa umumnya berada dalam posisi berdiri, tangan memegang satu pot suci dan satu ranting daunan; usahakan tidak memilih yang ada gambar naga. Sebaiknya yang masih belum blessingkhai kuang, dibawa pulang ke rumah sendiri dan memohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa agar berkenan menempati gambar atau rupang Guan Shi Yin Pu Sa atau akan lebih baik meminta biksu senior untuk melakukan blessing/khai kuang. Umumnya jika seseorang yang tidak melatih diri dengan baik, tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan blessing/khai kuang terhadap gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa, tetapi anda bisa memohon kepada Guan Yin Pu Sa yang welas asih untuk menempati gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa. Ritual dapat dilakukan di hari-hari baik seperti tanggal 1 dan 15 kalender lunar, pagi jam 8, jam 10, jika di pagi hari tidak memungkinkan, juga boleh memilih jam 1600 sore. Caranya ialah menyiapkan meja dan tempat, setelah memohon kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa ke altar, mempersembahkan air, buah-buahan, lampu minyak pelita, kemudian menyalakan dupa tiga dupa/hio lebih baik, kedua tangan memegang dupa diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala, muka menghadap ke gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa dan sembahyang tiga kali, kemudian dupa ditancapkan ke dalam tempat dupa hiolo yang ada di altar, katakan âmohon kepada Na Mo Da Ci Da Bei Jiu Ku Jiu Nan Guang Da Ling Gan Guan Shi Yin Pu Sa, berkenan menempati gambar/rupang yang saya XXX persembahkanâ. Kemudian lafalkan tujuh kali Universitas Sumatera Utara Da Bei Zhou dan tujuh kali Xin Jing, kemudian sujud sembah namaskara tiga kali, semakin banyak melafalkan Da Bei Zhou dan Xin Jing akan semakin bagus khasiatnya. Penempatan Altar Sembahyang Ketika Pindah Rumah Jika hendak pindah rumah, maka altar Buddha harus dipindahkan terlebih dahulu dari rumah lama kerumah yang baru. Dirumah yang lama setelah selesai membakar satu dupa yang terakhir, setelah dupa habis terbakar, kemudian rupang Buddha diturunkan dari altar dan dibungkus dengan baik menggunakan kain merah, yang terpenting di rumah baru kita harus membakar 3 dupa, melafalkan 7 kali Da Bei Zhou, 7 kali Xin Jing, banyak bersujud sembah namaskara. âmohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang berwelas asih berkenan datang kerumah baru saya XXX, berkati saya XXX, XXX, saya pasti akan terus melatih diri dengan tekanan dalam menekuni ajaran dharma Buddhaâ. Terlebih dahulu menempatkan/dipindahkan altar Buddha, baru pindah rumah. Rupang Buddha yang telah dipindahkan ke rumah baru tidak perlu melakukan blessing/Khai kuang, karena sebelumnya sudah ada Buddha di dalamnya. Oleh karena itu, setelah dipindahkan, sekali menyalakan dupa langsung bisa memohon Buddha menempati Rupang. Oleh karena itu, tidak perlu pengulangan blessing Khai kuang. Jikalau melakukan renovasi dan sementara waktu perlu tinggal di tempat lain, sebaiknya dilakukan penempatan altar Guan Shi Yin Pu Sa di Universitas Sumatera Utara tempat tinggal sementara tersebut, setelah rumah selesai renovasi, barulah pindahkan altar Guan Shi Yin Pu Sa ke rumah yang baru. Gambaran Umum Kota Medan dan Masyarakatnya Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan KIM I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis. Medanadalah salah satu kota dengan masyarakat majemuk yang multicultural. Masyarakatnya terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda berakulturasi, dengan menghargai pluralisme sebagai keragaman budaya untuk tetap dilestarikan. Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Keanekaragaman yang ada di Kota Medan membuat Kota Medan dinobatkan menjadi kota multikultural yang damai dan berjalan harmonis Waspada, 2007. Penyebaran suku bangsa di Kota Medan dapat dilihat dalam Tabel Universitas Sumatera Utara Tabel Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000 SUKU BANGSA Jawa Batak Tionghoa Mandailing Minangkabau Melayu Karo Aceh Sunda Lain-lain TAHUN 1930 24,9% 10,7% 35,63% 6,43% 7,3% 7,06% 0,12% -1,58% 16,62% TAHUN 1980 29,41% 14,11% 12,8% 11,91% 10,93% 8,57% 3,99% 2,19% 1,90% 4,13% TAHUN 2000 33,03% -10,65% 9,36% 8,6% 6,59% 4,10% 2,78% -3,95% Sumber 1930 dan 1980; 2000 BPS Sumut Dari data diatas dapat dilihat bahwa ditahun 1930-an orang Tionghoa di Kota Medan merupakan masyarakat terbesar bahkan melebihi etnis asli Kota Medan yaitu Melayu. Selanjutnya seiiring perkembangan zaman etnis Tionghoa di Koa Medan mengalami penurunan walaupun tetap menjadi salah satu etnis terbesar di Kota Medan. Keberadaan orang Tionghoa di kota Medan bervariasi dan juga dalam jangka waktu yang berbeda. Gelombang pertama dimulai pada abad ke-15, ketika armada perdagangan Tiongkok datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang dengan sistem barter. Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga sebagian para pedagang tersebut ada yang menetap di Sumatera Timur.Benny G. Setiono. 2003. Gelombang kedua berlangsung pada tahun 1863. Pada saat itu, Belanda mulai bergerak di bidang perkebunan tembakau. Usaha ini terus berkembang, tenaga kerja yang cukup banyak juga semakin dibutuhkan. Pihak Belanda merasa tidak cocok dengan buruh Pribumi. Karena itu, pengusaha perkebunan Universitas Sumatera Utara mencoba mendatangkan tenaga kerja dari negeri Tiongkok. Pada abad ke 19, dengan bantuan pemerintah Hindia Belanda dan kaum pengusaha di tanah Deli, orang Tionghoa dapat memonopoli seluruh sektor pengangkutan di kawasan tanah Deli. Banyak pemilik perkebunan yang memberi kesempatan pada orang Tionghoa untuk menjadi penyalur bahan makanan dan bekerja sebagai kontraktor di perkebunan. Pada akhirnya, kehidupan ekonomi etnis Tionghoa mulai meningkat. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan mencolok atara etnis Tionghoa dengan masyarakat Pribumi. Etnis Tionghoa yang mulai mempunyai ekonomi yang meningkat ini mendatangkan isteri anggota keluarga dan kerabatnya di negara Tiongkok dengan kapal pada saat itu transportasi kapal sudah ada. kedatangan mereka dari berbagi sub etnik menyebabkan mereka berkumpul di antara mereka sendiri, membuat perkampungan sendiri, memakai bahasa sendiri. Inilah titik awal ekslusivime orang Tionghoa . Suwardi Sikap eksklusif ini tidak lepas dari pengaruh yang juga diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Sejalan dengan dibukanya usaha perkebunan karet sepanjang jalur Medan- Labuhan Batu pada tahun 1870, pemerintah kolonial membuat blok-blok pemukiman terpisah menurut etnik. Sehingga terbentuklah hunian dengan nama Kampung Cina, Kampung Arab, kampung Keling, serta kawasan milik âTuan Kebonâ asal Eropa, sedangkan kaum Pribumi dan pendatang lain tinggal di luar blok yang disebut Pemukiman Rakyat Sultan Sofyan Tan. 2004. Etnis Tionghoa di kota Medan berasal dari berbagai suku. Menurut data Etnis Tionghoa yang paling banyak di kota Medan adalah suku Hokkian Universitas Sumatera Utara 82,11%. Walaupun etnis Tionghoa di kota Medan terdiri dari berbagai suku, namun dalam kehidupan sehari-hari keberagaman suku tersebut tidak menonjol karena yang tampak hanyalah suatu kesatuan etnik sebagai etnis Tionghoa . Sebagian besar etnis Tionghoa yang berada di kota Medan berprofesi sebagai pedagang. Sesuai dengan jenis pekerjaan mereka, maka untuk mereka terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh penghasilan yang besar. Posisi sosio-ekonomi etnik Tionghoa di Medan rata-rata berada di atas level menengah ke atas. Etnis Tionghoa dikota Medan termasuk kelompok masyarakat yang berhasil menguasai industri, pertokoan, perhotelan, perbankan dan perdagangan umum serta distribusi. Kelompok masyarakat Tionghoa dikota Medan cenderung bertempat tinggal di pusat kota atau pusat perdagangan. Mereka lebih senang tinggal di tempat usahanya yang cukup ramai dan dekat dengan keluarganya. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pemukiman eksklusif kelompok-kelompok etnik di kota berfungsi sebagai âkepompongâ atau yang dimanfaatkan oleh mereka sebagai benteng etnik. Orang Tionghoa yang keluar dari pemukiman Cina Chinese Qurter tersebut dianggap sebagai pembelotan dari jaringan sosial mereka. Dengan demikian suasana etnik dan ras ethnic race-spaces di perkampungan etnik tersebut menguatkan kecendrungan segresi atau pemisah diri dari kelompok lain. Secara umum Etnis Tionghoa di Medan membuat lingkungannya sendiri untuk dapat hidup secara eksklusif dengan tetap mempertahankan kebudayaan atau tradisi leluhur. Ong Hok Khan Ning, 1992 menyatakan bahwa â...Eksklusivisme masyarakat Tionghoa itu disebabkan oleh kehendak Universitas Sumatera Utara mereka sendiri, bukan disebabkan oleh pemisahan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia sebagai kelompok minoritasâ. Sebagian orang Tionghoa ada yang beradaptasi dengan masyarakat setempat. Namun ada pula yang berperilaku eksklusif, yang mengakibatkan kehidupan mereka terpisah dari kelompok masyarakat pribumi. Sekolah dan pusat-pusat rekreasi kelompok etnis Tionghoa lebih banyak didirikan di tengah perkampungan Tionghoa di kota Medan. Gejala segretif ini sangat terlihat terutama dalam kawasan-kawasan pemukiman elit dengan suasana komersial yang pekat dan dengan tingkat homogenitas yang tinggi . Pada perkembangannya, kota Medan dengan masyarakat heterogen menjadi kota yang memiliki pola pemukiman segretif. Kota Medan memperlihatkan proses penguatan rasa kesatuan etnik sebagai suatu komunitas baru. Setiap kelompok etnik mempergunakan norma, aturan serta ideologi tradisional daerah asal mereka, sehingga terjadilah suatu proses penguatan ikatan primordial pada setiap kelompok etnik. Setiap etnis mulai membentuk gaya hidup masing-masing dan bersikap eksklusif antara satu dengan yang lain. Timur. Universitas Sumatera Utara BAB V ARTEFAK, KEGIATAN, DAN GAGASAN Artefak Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak. Hasil karya manusia tersebut pada akhirnya menghasilkan sebuah benda dalam bentuk yang konkret sehingga disebut Kebudayaan Fisik. Berupa benda-benda hasil karya manusia. Rupang patung Dalam konsep Buddhis, rupang adalah lambang dari kebuddhaan, dan untuk menghormati nilai-nilai luhur dari sang Buddha. Rupang juga merupakan simbol Sang Guru, sehingga apabila kita mengadakan puja bakti bukanlah untuk menyembah rupang tersebut, melainkan untuk menghormati dan mengingat ajaran Sang Guru. Masyarakat Tionghoa yang menganut aliran Mahayana biasanya mempunyai altar sembahyang Dewi Kwan im, di altar tersebut diletakkan rupang Dewi Kwan Im dan juga patung dewa/dewi lainnya yang dihormati oleh masyarakat Tionghoa tersebut. Universitas Sumatera Utara Gambar rupang dewi Kwan Im Sumber jln. Gatot Subroto, sei kambing Medan Gambar Rupang dewi Kwan Im Sumber Gg. Sidomulyo, Universitas Sumatera Utara Persyaratan rupang pada altar dewi Kwan Im 1 Semua rupang Buddha termasuk lampu minyak, tidak boleh ditempatkan dalam kondisi menggantung tetapi harus ada meja atau lemari, yang ada sesuatu yang menopang dari atas tanah. 2 Rupang Buddha sebaiknya ditempatkan di samping jendela, di tempat yang agak terang, tetapi bagian belakang tidak boleh ada jendela kaca, bagian belakang harus bersandar pada tembok. 3 Rupang patung Buddha yang di altar jangan terlalu banyak. Lampu Lilin atau lampu minyak yang dinyalakan di depan imej Buddha membawa maksud simbolik kebijaksanaan dan belas kasihan. Cahaya diibaratkan sebagai ajaran Buddha mencerahkan keadaan kegelapan dan menyedarkan kita akan kejahilan dan ketamakan yang ada pada kita. Apabila kita berkelakuan buruk dan tidak dapat mengawal diri kita, kita seperti dalam keadaan gelap. Cahaya yang disembahkan di depan imej Buddha itu mengingatkan kita supaya jangan berada dalam kegelapan ini. la membimbing kita ke jalan yang benar. Universitas Sumatera Utara Gambar Altar Dewi Kwan Im Sumber Jln. Pukat VII Gambar Lampu Sumber Jln. Demak e/g, Medan Persyaratan lampu pada altar Dewi Kwan Im 1 Jika mempunyai banyak rupang Buddha, jika kondisi memungkinkan, sebaiknya setiap patung Buddha harus ada satu lampu minyak; jika Universitas Sumatera Utara kondisi tidak memungkinkan, maka diperkenankan di satu altar hanya sepasang atau hanya satu lampu minyak saja. 2 Jika hanya satu rupang Buddha, menyediakan satu atau dua pelita lampu juga diperbolehkan. 3 Tidak perlu mempersembahkan lampu lilin, jika dipersembahkan sebaiknya harus sepasang yang bewarna merah. 4 Lampu minyak dan lilin setelah selesai sembahyang bisa dimatikan atau dipadamkan sebelum dupa habis terbakar. Hal ini untuk menghindari dalam keadaan tidak membakar dupa tetapi lampu minyak atau lilin tetap menyala, efeknya mudah sekali ada roh yang menghinggapi/mendatangi altar. 5 Boleh menggunakan lampu teratai atau lampu lilin, tetapi dengan syarat harus ada lampu Buddha pelita dan lilin, dan juga tidak boleh nyala dalam jangka waktu panjang sampai 24 jam. Umumnya ketika mau sembahyang atau membakar dupa baru dihidupkan/dinyalakan, sebelum dupa habis terbakar, lampu teratai maupun pelita dan lilin harus dipadamkan. 6 Sebelum dupa habis terbakar, terlebih dahulu mematikan lilin, kemudian lampu minyak, dan mematikan lampu listrik dialtar. Lampu minyak dan lilin hanya boleh dimatikan dengan cara ditutup padam, tidak boleh ditiup dengan mulut. Universitas Sumatera Utara Minyak Gambar Minyak Sumber Jln. Demak e/g, Medan Persyaratan minyak pada altar dewi Kwan Im 1 Umunya minyak yang digunakan untuk sembahyang kepada Buddha adalah minyak zaitun, minyak sayur, minyak jagung, minyak bunga teratai, dan minyak tumbuhan lainnya. 2 Tidak boleh menggunkan minyak wijen atau minyak kacang tanah, minyak yang ada rasa beraroma, tidak murni, jika minyak terlalu wangi bisa menutupi aroma cendana dupa. Oleh Karena itu, minyak tersebut tidak dipergunakan untuk dipersembahkan kepada Buddha; minyak kacang terlalu kental, tidak mudah dinyalakan sehingga tidak cocok untuk digunakan. 3 Sebotol minyak dikupas semua merk dagangnya,boleh dipersembahkan di depan Buddha. Universitas Sumatera Utara 4 Cara terbaik untuk mempersembahkan minyak adalah digunakan untuk menyalakan lampu minyak pelita secara langsung, menambahkan minyak ke dalam wadah lampu minyak, dan juga harus sering menambahkan sedikit minyak, ini juga mempunyai makna yang sama seperti biasa kita mengganti buah segar dan air. 5 Bekas minyak yang telah dipersembahkan kepada Buddha hanya boleh digunakan untuk memasak masakan yang murni vergetarian. Air Gambar Sumber Jln. Terong Medan Air merupakan simbol suci dan bersih. Penyembahan air menandakan penghapusan kecemaran batin dan rohani. Universitas Sumatera Utara Persyaratan air pada altar Dewi Kwan Im 1 Air yang telah dipersembahkan kepada Guan Shi Yin Pu Sa, disebut air suci Da Bei Shui, karena sudah diberkahi oleh Guan Shi Yin Pu Sa. 2 Boleh mempersembahkan air hangat, air dingin, air mineral, air bersih dan lain-lain, air minum yang tidak berwarna, tidak ada rasa, jangan menggunakan air mentah langsung dari keran atau air ledeng. 3 Gelas yang digunakan untuk mempersembahkanair, harus menggunakan gelas yang baru; gelas kaca atau keramik ; ada atau tidaknya tutup gelas tidak dipermasalahkan, namun sebaiknya menggunakan gelas yang ada tutupnya; untuk menghindari debu atau serangga yang mengotori; gelas sebaiknya berwarna putih. 4 Umunya jumlah gelas untuk mempersembahkan air minimal harus sama dengan jumlah rupang Buddha yang ada di altar, boleh juga satu rupang ada beberapa gelas air, tetapi jumlah gelas air tidak boleh kurang dari jumlah rupang Buddha di altar. 5 Air suci Da Bei Shui yang ada di altar tidak boleh diminum secara langsung, harus dituangkan ke gelas yang lain, baru diminum, tidak boleh menggunakan mulut kita untuk menyentuh gelas Buddha. Umunya harus dengan hormat menggunakan kedua tangan untuk mengangkat gelas lebih tinggi daripada alis mata, muka menghadap ke Buddha, diangkat lebih tinggi dari alis mata, secara perlahan mengucapkan âmohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang welas asih untuk melindungi saya XXX, agar sehat walafiatâ, pada saat yang sama Universitas Sumatera Utara pula dalam hati membayangkan botol air suci dari Guan Shi Yin Pu Sa menuang dari kepala anda secara mengalir ke seluruh tubuh anda. 6 Setelah selesai, air dalam gelas persembahan tersebut kita tuangkan ke tempat atau wadah lainnya, dengan hormat kita minum air suci tersebut. 7 Air suci yang telah dipersembahkan kepada Buddha lainnya, umumnya boleh dibuang, jika ingin meminumnya harus melafalkan mantra Da Bei Zhou satu kali baru diminum. Dupa Gambar Sumber Jln. Terong Medan Dupa dibakar untuk melambangkan perbuatanmenyucikan fikiran atau jasad dupa akan melepaskan asap yang harum ke udara. Dari jauh kita sudah dapatmenghidunya. Begitu juga perbuatan dan niat baik kita akan dirasai oleh orang yang sedang membakar serupa juga Universitas Sumatera Utara dengan kewujudan kita. Serbuk dupa atau colokdiibaratkan jasad kita dan hujungcolok yang membakar diibaratkan hati, sentiasa dalam pembakaran, dupa tidak membawa apa makna dan tanpa hati, jasad tidak akan satu masa colok atau dupa akan habis dibakar ataupun apabila keadaan yang tidaksesuai wujud, dupa dan colok akan terpadam. Ini mencerminkan ketidakkekalan Anicca,penderitaan Dukkha dan ketidakakuan Anatta. Persyaratan wadah bakar dupa Xiang Lu/Hiolo, bakar dupa, waktu dan jumlah yang cocok dialtar 1 Apabila di rumah ada altar Guan Shi Yin Pu Sa, setiap pagi dan malam harus membakar dupa, waktu bakar dupa pagi atau malam, sebaiknya bisa dilakukan dengan waktu yang tetap, umunya pagi atau malam hari , kita boleh memilih jam 6, jam 8, jam 10 tepat. 2 Jika mempunyai lebih dari satu rupang Buddha, dan kondisi memungkinkan, sebaiknya satu rupang Buddha mempunyai satu xiang lu/hio lo dan setiap sembahyang masing-masing xiang lu/gio lo cukup gunakan 1 dupa tetapi pada Che It dan Cap Go tanggal 1 dan tanggal 15 kalender lunar, hari kebesaran Buddha, setiap xianglu/hiolo gunakan tiga jika kondisi tidak memungkinkan, satu altar Buddha gunakan satu xiang lu/hiolo juga boleh, tetapi sembahyang siang dan malam harus menggunakan tiga dupa/hio. 3 Che It dan Cap Go tanggal 1 dan tanggal 15 kalender lunar, hari kebesaran Buddha dan hari besar lainnya boleh membakar dupa besar. Caranya di altar Buddha harus dinyalakan lampu Buddha pelita, Universitas Sumatera Utara sembahyang dengan dupa biasa, kemudian menggunakan api yang ada di lampu Buddha untuk membakar kepingan kayu cendana, kemudian apinya dipadamkan dengan cara mengayungkannya agar apinya mati tidak boleh di tiup dengan mulut, begiyu api di kayu mati, asap yang keluar pada saat itu disebut dupa besar, itulah wangi Guan Shi Yin Pu Sa, dilakukan secara berulang kali dengan cara dinyalakan dan diayunkan kebelakang, dilakukan sebanyak tiga kali, ini yang disebut bakar dupa besar. Setelah selesai membakar dupa besar baru bersujud sembah namaskara, ajukan permintaan/permohonan, melafalkan paritta. Musik Umumnya musik yang diletakkan pada altar Dewi Guan Shi Yin Pu Sa ialah berisi manteraTA PEI COU/性æČć/Maha Karuna Dharani. Na Mo Ta Pei Kwan She Yin Phu Sa Terpujilah Yg Maha Asih Avokitesvara Bodhisatva Na Mo Ta Pei Kwan She yin Phu Sa Terpujilah Yg Maha Welas Asih Avolitesvara Bodhisatva Na Mo Ta Pei Kwan She yin Phu Sa Terpujilah Yg Maha Welas Asih Avolitesvara Bodhisatva Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye Dengan penuh sujud aku Berlindung Kepada Tri Ratna Na Mo O Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye, Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung kepada Yang Maha Sempurna Universitas Sumatera Utara Phu Ti Sa To Po Ye Mo He Sa To Po Ye Mahkluk yg Telah Mencapai Pencerahan Bodhi Mo He Cia Lu Ni Cia Ye, Mahkluk Agung Maha Welas Asih Aum Sa Po La FaYi Su Ta Na Ta Sie Aum Beliau yg mempunyai kekuatan kesempurnaan Dharma Na Mo Si Ci Li To Yi Meng A Li Ye Dengan sepenuh hati dan sujud aku berlindung kepada Mu Po Lu Cie Ti Se Fo La Ling To Po sumber segala kesucian Na Mo Na La Cin Ce Setulus hati aku bersujud Pada MU SI Li Mo He Pu Tuo Sa Mi Cahaya kebajikan Agung yg tiada batas Sa Pho Ah Tha Tou SU Peng Ah Se Yin Para Buddha sayup â sayup merasakannya Sa Po Sa To Na Mo Po Sa To yang memiliki semua kemuliaan kebahagiaan kemakmuran tak terkalahkan Na Mo Po Chie Mo Fa The Tou Sumber berkah semua makhluk di seluruh penjuru alam Ta Che Ta Aum, Ah Po Lu Si Lu Cia Ti Aum beliau yang mendengarkan suara dunia mengatasi segala rintangan karma Cia Lo Ti, Yi Si Li Mo He Phu Thi Sa To Aku akan menjalankan ajaranmu sampai tercapainya pencerahan Sa Po Sa PO Mo La Mo La, Memberi yang baik utk semuanya di dalam berkah dan kebijaksanaan Mu Mo Si Mo SI Li Tho Yin Chi Lu Chi Lu Inti ketenangan tak terhingga laksana Dharma melepaskan kerterbatasan mengembangkan kemajuan pribadi dan menolong smua makhluk Universitas Sumatera Utara Chie Meng, Tu Lu Tu Lu Fa Se Ye Ti Berlatihlah atasi kelahiran dan kematian raih kemenangan agung gemilang Mo He Fa Se Ye Ti To La To La Ti Li Ni Bersatulah tenang jernih tajam berani pancarkan cahaya terang benderang Se Fo La Ye Ce La Ce La Mo Mo Fa Mo La Guncang guncanglah bebaskan aku dari noda bahtin Mu Ti Li Yi SI Yi SI Se Na Se Na Datang Datanglah dengar dengarlah Ah La Sen Fo La She Li Raja Dharma memutar ajaran Fa Sa Fa Sen Fo La Se Ye Hu Lu Hu Lu Mo La Kabar gembira senyum suka cita terimalah Dharma menyatu dalam hati Hu Lu Hu Lu Si Li Suo La Suo La Laksanakan Dharma tampa timbul keraguan teguh tak tergoyahkan Si Li SI Li Su Lu Su Lu Raih kemenangan tak terkalahkan bagaikan embun sejuk yang menyembuhkan Pu Thi Ye Pu Thi Ye Pu Tho Ye Pu Tho Ye Terang teranglah batin sadar sadarlah tercerahkan Mi Ti Li Ye Na La Cin CeTi Li Se Ni Na Beliau yg maha asih yg patut di puja laksana pedang kebenaran yg kuat dan tajam Pho Ye Mo Na Sa Po He kepada yang sempurna Svaha Si Tho Ye Sa Pho He kepada yg mulia Svaha Mo Ho SI Tho Ye Sa Pho He kepada yg maha gaib svaha Si to Yu Yi Se Po La ye Sa Pho he Beliau yg memiliki gaib sempurna svaha Na La Cin Ce Sa Pho He, Mo La Na La Pelindung yg maha asih svaha Universitas Sumatera Utara Sa Pho He, Si La Sen A Mu Cu Ye Sa Pho He Beliau yg mampu mengatasi smua kesulitan svaha, yg berwajah singa Svaha Sa Po Mo He Ah Si Tho Ye Sa Pho He Beliau yg memiliki kegaiban agung Svaha Ce Ci La Ah SI to Ye Sa Pho He Beliau yg memiliki kegaiban cakra svaha Pho To Mo Ci Tho Ye Sa Pho He Yg memegang bunga teratai svaha Na La Cin Ce Pho Cia La Ye Sa Pho He Pelindung yg welas dan patut di puja svaha Mo Po Li Sen Ci La Ye Sa Pho He Resi agung yg menjalani hidup suci Svaha Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye Dengan penuh sujud aku berlindung kepada Tri Ratna Na Mo Ah Li Ye Po Lu Cie Ti Dengan penuh sujud aku berlindung Suo Po La Ye Sa Pho He kepada yg maha Sempurna Svaha Aum Si Thien Tu Man To La Pha To Ye Aum semoga jalan mantra ini membuahkan kegaiban kesuksesan Sa Pho He Svaha Buah-buahan Buah-buahan melambangkan buah dari suatu perbuatan atau keberhasilan atas segala usaha yang telah dilaksanakan. Setiap perbuatan atau usaha yang dilakukan, suatu saat nanti akan membuahkan hasil atau akibat. Berbuat baik akan berakibat kebahagiaan, kemujuran atau berkecukupan/kaya sedangkan berbuat kejahatan a